Minggu, 21 Juni 2015

Isi Koper Dicuri



Singkat cerita, baru-baru ini saya dan ibu saya berkunjung ke negara sebelah. Tidak seperti orang-orang pada umumnya yang mengunjungi negeri tersebut untuk berfoya-foya membeli barang mewah, kami biasanya datang untuk berobat (di daerah Melaka) sekaligus mengecek usaha kami di sana. Yah, jalan-jalan adalah bonusnya, sekadar ke mall sekitar saja.

Biasanya, yang kami beli untuk dibawa pulang adalah kebutuhan sehari-hari. Misalnya, kopi sachetan, bumbu dapur, cokelat (dan camilan lainnya). Kami juga biasa beli obat-obatan, vitamin atau lotion. Pakaian? Tidak selalu.

Semalam sebelum pulang, kami merapikan barang bawaan. Kami menyadari kalau belanjaan kami mendadak banyak dan kami kekurangan tas. Maklum, karena ada keluarga dan teman yang tiba-tiba menelepon dan minta dibelikan sesuatu. Akhirnya, kami menggunakan canvas bag biasa. Barang-barang belanjaan tadi kami jejalkan di beberapa tas kami, semua diatur sedemikian rupa supaya isinya (yang berupa 9 pak kopi, 3 botol lotion dan kawan-kawannya tadi) tidak rusak.

Semua jumlah barang belanjaan sudah dicatat sesuai pesanan. Sebagian besar belanjaan, kami masukkan dalam canvas bag tadi, untuk dimasukkan ke dalam bagasi. Berat sekali kalau ditenteng ke dalam cabin. Untuk membalut agar belanjaan aman, kami gunakan pakaian kotor. Tadinya, saya sempat berpikir, apa perlu menggunakan boks dulu baru dimasukkan ke canvas bag supaya aman dan tidak hilang? Tapi setelah dipikir-pikir, toh, ini hanya makanan, apa iya ada yang mau mengambil? Akhirnya semua koper dan tas sudah rapi. Canvas bag tadi tetap kami pakaikan kunci dan diikat rapi dengan tali.

Sesampainya di bandara, ada rasa khawatir mengenai barang kami dalam canvas tadi dan parfum-parfum yang ada dalam koper. Bagaimanapun juga, beberapa adalah pesanan orang. Kami mencari mesin wrap tapi tidak ketemu. Jadi, berdoa saja semua aman.

Tiba di bandara Jakarta, semua koper dan canvas bag, tampak dalam keadaan baik. Kunci dan tali masih ada. Sesampainya di rumah, kami menyadari ada yang hilang dari canvas bag kami, satu pak kopi.

Masih beruntung itu cuma kopi, biayanya tidak sampai seratus ribu. Sepertinya, retsletingnya dijebol, lalu dirapikan kembali. Mungkin pencurinya asal ambil, apa yang berhasil ia pegang, itulah yang ditariknya.

Sebuah pelajaran untuk kita semua.

  1. Jangan taruh benda berharga dalam koper yang dimasukkan dalam bagasi.
  2. Jika terpaksa membutuhkan tas tambahan (untuk di bagasi), jika tidak bisa membeli koper, masih jauh lebih baik menggunakan boks yang dibungkus
  3. Jika membeli tas tambahan seperti canvas bag, masukkan ke cabin. Apa pun isinya.
  4. Jika ingin memasukkan tas ke dalam bagasi (terutama yang mudah dibongkar atau yang ada barang bernilainya), sebagainya di wrap. 
  5. Jika membawa barang berharga dalam koper atau tas yang dimasukkan ke dalam cabin, sebaiknya diletakkan di bawah kaki (jika memungkinkan). Banyak orang yang kehilangan tasnya ketika tidur. 

Semoga informasi ini bermanfaat.

Minggu, 14 Juni 2015

Manfaatkan Sisa Sayuran



Beberapa waktu yang lalu, saya pernah menulis tentang cara menanam sayuran di rumah. Tujuannya? Banyak, menghemat pengeluaran misalnya. Memang perlu waktu sih untuk menunggu sampai sayuran itu tumbuh dan siap panen, tapi hasilnya bias lumayan bermanfaat loh. Menanam sayuran sendiri di rumah, juga bias membantu kita mengontrol pestisida pada makanan kita. Satu lagi, hitung-hitung mengisi waktu luang.

Nah, masih terkait dengan kegiatan tanam-menanam sayuran di rumah. Siapa yang rajin belanja sayuran? Mulai sekarang, sisa bagian sayuran yang tidak dipakai, bisa dikaryakan kembali.

Batang
Singkong misalnya. Tapi kan, ketika belanja, kamu nggak dapat batang kerasnya toh? Kecuali ada yang memberi, silahkan batang tersebut ditanam lagi. Contoh lainnya adalah daun mint. Memang di sini mint jarang digunakan, paling hanya untuk campuran minuman atau sesekali untuk bumbu masak. Daun mint mudah sekali ditanam, tinggal tancapkan batangnya saja. Tidak harus di tempat bersuhu dingin, di kota besar seperti Jakarta pun bisa tumbuh subur.

Akar
Contoh paling gampangnya adalah akar dari daun bawang, kangkung dan bayam. Biasanya, yang menjual masih dengan akar, adalah di pasar atau tukang sayur. Tiga akar sayuran ini sangat mudah ditanam dan bakal tumbuh dengan cepat.

Biji
Ini yang paling gampang. Misalnya, kamu beli pepaya, semangka dan melon. Tinggal sebar bijinya di atas Tanah (atau ditanam). Sayuran juga bisa. Contoh, ketika sedang mengupas pare, seringkali ada biji yang sudah tua (keras dan kecoklatan), nah, itu bisa ditanam.
Pemanfaatan biji ini juga bisa dari buah atau sayuran yang sudah terlalu matang. Misalnya, habis beli terong atau cabe, terus lupa dimasak, jadinya mulai membusuk. Jangan buru-buru dibuang. Coba dijemur, utuh atau bijinya saja. Setelah mengering, baru ditanam.

Mungkin beberapa dari pembaca akan ada yang mengatakan, artikel ini mengajari untuk hidup pelit. Tapi sebetulnya ini cukup bermanfaat loh.

Selasa, 02 Juni 2015

Berobat Ke Malaysia



Sudah berobat ke banyak dokter tapi belum sembuh juga? Kenapa tidak coba berobat ke Malaysia?

Bukan karena sombong seperti anggapan banyak orang, ‘berobat, kok, harus sampai ke luar negeri? Bukan juga karena tidak memercayai kualitas dokter di Indonesia. Kami juga punya beberapa dokter yang biasa kami datangi di sini, tapi hanya dokter umum dan gigi saja, untuk kasus yang lebi berat, kami sekeluarga lebih suka berobat ke Malaysia, tepatnya di Melaka.

Terus, kenapa harus ke sana? Menurut kami, berobat di sini kadangkala lebih banyak harus bolak-balik ke dokter dan rumah sakit ketimbang sembuhnya. Dioper ke dokter ini-itu, harus mengikuti tes ini-itu, mesti makan obat ini-itu, sepertinya adalah hal yang umum di sini. Hasilnya? Belum tentu sembuh. Bukan cuma badan yang sakit, tapi kantong juga sama sakitnya. Pengobatan yang berlarut-larut bukannya membuat sembuh malah semakin sakit. 

Berbeda dokter, beda hasil pemeriksaan adalah hal biasa, tapi benar atau tidaknya hasil pemeriksaan dan obat yang diberikan, itulah inti masalahnya. Namanya juga ingin sembuh, pastilah setiap orang sebisa mungkin mencoba semuanya. Ada yang berobat dengan ramuan herbal, terapi ini-itu, dari yang masuk akal sampai yang tidak, dari yang murah sampai yang biayanya selangit. Semua dicoba demi sembuh dan kembali sehat. Punya banyak kekayaan tapi tidak sehat, apalah artinya? Apalagi kalau keuangan sudah terbatas, sakit pula. Minta ampun!