Senin, 31 Agustus 2015

Plus Minus Kerja Freelance

Kerja freelance. Benar enak, atau tidak, sih?

Kerja freelance mungkin bisa jadi solusi, misalnya, untuk mereka yang cuma bisa kerja dari rumah. Contoh, mungkin karena mereka harus menjaga anak-anak misalnya atau karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan beraktivitas berat. Kerja freelance juga bisa untuk dapat penghasilan tambahan selain dari kantor.

Penting untuk diketahui, 'pecah telur' untuk mendapatkan proyek freelance yang pertama kali itu tidaklah gampang. Karena membutuhkan kepercayaan satu sama lain. Dari sisi yang membayar, mereka bakal meminta sampel pekerjaan (untuk mengetes) atau bahkan portofolio. Ya sudah pasti, karena mereka tidak mau 'membeli kucing dalam karung'. Sedangkan dari sisi yang mencari pekerjaan, biasanya harus rela pasrah. Disuruh mengerjakan ini-itu, sudah susah-susah malah ditolak, atau yang lebih 'gila' lagi, karena belum memiliki pengetahuan tentang pahit-manis kerja Freelance, bisa saja hasil pekerjaannya 'ditinggal kabur'. Namanya juga pertama kali, ya, semua mesti dicoba dulu, siapa tahu berhasil dan berjalan lancar. Kan, bisa dijadikan pengalaman dan pembelajaran.

Apa plus minus kerja freelance?

Plus
  1. Untuk freelancer yang bekerja remote, tidak harus mengeluarkan ongkos ke kantor dan tidak mesti beli makan siang di luar. Jadi fee yang didapat full.
  2. Bisa kerja kapan saja. Pagi, siang, sore, malam atau tengah malam. Bebas. Kecuali jika diharuskan men-submit pekerjaan dengan patokan waktu. Mau istirahat lebih lama karena pegal-pegal pun tidak masalah.
  3. Kalau dapat proyek freelance sebagai sampingan, pastinya akan punya penghasilan ekstra. Apalagi untuk yang sudah berpengalaman, biasanya fee yang didapat bisa cukup besar.
  4. Punya banyak waktu dengan keluarga dan teman. Punya lebih banyak waktu untuk jalan-jalan atau bersenang-senang.
  5. Untuk yang remote, bisa kerja dari mana saja. Di kasur atau di cafe..
  6. Menambah portofolio, menambah pengalaman. 
Plus lainnya:
  1. Kalau bekerja remote, tidak perlu repot berdandan. Bahkan tidak mandi pun, tidak masalah. Tidak ada yang lihat juga..
Minus
  1. Hal yang umum dalam dunia kerja freelance. Komunikasi tidak lancar. Ini juga berlaku bagi yang bekerja remote. Karena tidak bertatap muka, komunikasi biasanya agak sulit. Jadi kalau ada pertanyaan atau ada kendala, akan lambat selesai.
  2. Fee sering tidak lancar. Karena biasanya sesuai proyek, fee datang setelah proyek selesai. Selain itu, biasanya tanggal pembayaran fee tidak serempak dengan karyawan fulltime di perusahaan yang memberi proyek, jadi fee 'freelancer' tidak jarang dibayarkan menunggu yang bertugas membayar punya waktu luang.
  3. Ribet soal revisi. Terkadang, karena tidak bertatap muka tadi, kalau ada penjelasan soal brief atau revisi, bisa salah dimengerti, karena biasanya cuma penjelasan by email atau telepon saja. Jadi revisi (bisa) bolak-balik. Ke dua, karena bisa kerja bebas waktu, kadang-kadang revisi datang dan minta diselesaikan ketika kita sedang ada di luar.
  4. Susahnya kalau bekerja sama dengan mereka yang tidak biasa kerja kantoran. Biasanya, mereka tidak terbiasa dengan jadwal, jadi pekerjaan sering molor. Susah juga, kalau bekerja dengan mereka yang tidak mengerti sama sekali tentang bidang proyek yang dikerjakan. Mereka bakal protes ini-itu, kekeh pada pengetahuan mereka saja dan sulit untuk menerima saran.
    Banyak juga, sih, yang tidak mau ambil pusing dan memercayakan proyek pada kita. Yang penting beres dan hasilnya sesuai. Mungkin karena mereka juga tidak punya waktu atau tidak ada pengalaman soal proyek yang diberikan pada kita. Logikanya, kalau bisa mereka kerjakan sendiri, kan, tidak memakai jasa kita. Anda mesti banyak bersyukur kalau dapat klien seperti ini.
  5. Kalau dapat partner atau perantara (antara kita dan wakil company) yang lelet, tidak menguasai proyek atau bidang yang dijalankan dan 'klemar-klemer'. Dijamin bikin stres.
  6. Kalau dapat proyek freelance sebagai sampingan, biasanya waktu kerja bentrok dan jadi kurang istirahat. Sedangkan bagi yang pekerjaan freelancenya adalah satu-satunya penopang penghasilan, seringkali tidak mencukupi kebutuhan karena fee tidak seberapa.
Minus lainnya:
  1. Terlalu banyak gangguan. Ada acara tv bagus misalnya, pasti Anda pengin nonton dulu sampai habis. Atau karena semalam begadang, Anda pengin tidur siang dulu. Sampai hal-hal kecil di rumah pun bisa jadi gangguan.
  2. Sering dikira pengangguran. Mungkin bagi sebagian orang, hal ini sepele. Tapi buat yang mengerjakan, sudah capek-capek bekerja (walaupun di rumah) tapi dianggap tidak punya pekerjaan itu, perih!
  3. 'Menghamba' pada camilan. Mungkin ini cuma saya saja tapi entah kenapa rasanya selalu mesti ada camilan dan minuman untuk teman bekerja freelance. Katakanlah menulis satu artikel saja, mungkin Anda bakal sambil menghabiskan sebungkus snack dan secangkir kopi. Apalagi kalau kuota artikelnya banyak? 
Tips supaya kerja freelance aman dan nyaman:
  1. Sebaiknya jika ingin kerja freelance, miliki dulu pengalaman sejenis di pekerjaan fulltime. Supaya punya pengalaman, punya ilmu dan punya 'kekuatan'.
  2. Ada hitam di atas putih dulu. Maksudnya, harus ada perjanjian tertulis. Misalnya mengenai deskripsi tugas secara rinci, terutama soal pembayaran.
  3. Buat catatan lengkap tentang isi brief dari awal dan juga ditandatangani bersama. Supaya aturan main tidak serta-merta berubah ketika proses kerja sedang berjalan. Kalau ada bekerja dengan orang yang profesional, poin no 1 dan 2 bukanlah masalah.
  4. Anda mesti jadi orang yang bisa mengatur waktu dan bisa dipercaya kinerjanya.
Pastinya, namanya mendapat pekerjaan, mesti Anda syukuri dan lakukan sebaik mungkin. Artinya Anda akan punya penghasilan, menambah pengalaman, menambah ilmu bahkan dapat teman kerja baru. Kalau Anda bekerja dengan baik, kesempatan akan terus datang buat Anda.

Image: ruangfreelance

Baca juga:
Soal Etika Wawancara Kerja

Senin, 24 Agustus 2015

Perhiasan Unik di Dunia




Perempuan mana yang tidak suka perhiasan?

Cincin emas? Ah, itu, sih, biasa? Cincin berlian? Mungkin terlalu mahal untuk kantong Anda. Nah, berikut saya punya informasi tentang perhiasan unik yang pastinya pengin Anda miliki.

Liontin ASI dari Amerika
Liontin unik ini diciptakan oleh seorang ibu, Allicia Mogavero, dari Southern Rhode Island, Amerika Serikat, pada tahun 2013 lalu. Disebut liontin ASI, karena memang dibuat dari ASI asli. Menurut informasi, awalnya kalung ini dibuat karena si ibu ini pengin mengabadikan momen menyusuinya. Memang liontin ini bukan marang mewah, tapi untuk seorang ibu, pastinya kalung ini sangat berharga. Ketika memasan, si ibu harus mengirimkan ASI mereka sebanyak sekitar dua sendok di dalam wadah pendingin dan untuk mendapatkan hasilnya, mesti ekstra sabar, nih, karena membutuhkan waktu selama dua bulan. Anda pengin punya liontin ini?

Anda bisa coba mengunjungi MommyMilk. Tapi untuk kita yang tinggal di Indonesia, pastinya sulit, ya, untuk mengirim ASI ke sana, kecuali, kalau Anda kebetulan ingin jalan-jalan ke Amerika Serikat.
Image: etsy


Blue evil eye dari Turki
Secara singkat, blue evil eye atau di Turki, dikenal dengan nazar boncugu, adalah lambang yang dipercaya mampu melindungi seseorang dari sesuatu yang jahat. Di Turki, hingga sekarang hal ini masih menjadi tradisi, bisa dipastikan, di rumah-rumah warganya ada hiasan cantik ini. Tidak cuma itu, kemanapun mereka pergi, mereka juga membawa ini. Katanya, kalau blue nazar boncugu Anda pecah, artinya selesai sudah masa ‘dia’ menjaga Anda.

Selain dalam bentuk panjangan (biasanya berupa gantungan), banyak juga yang dalam bentuk perhiasan seperti gelang, liontin dan anting. Harganya beragam, tergantun dari ukurannya, bahan baku (kaca atau plastik) dan bahan pendukung lainnya. Perhiasan cantik ini wajib Anda beli kalau Anda datang ke Turki.
Ini salah satu asesoris favorit saya, koleksi saya sudah sekotak!
Image: dok pribadi

Tibetan Dzi Bead
Bead yang berasal dari Tibet ini cantik sekali! Ada yang hanya berupa asesoris biasa, ada pula yang memiliki arti. Mirip dengan nazar boncugu, Tibetan Dzi Bead juga memiliki ‘mata’, tiap jumlah memiliki arti sendiri. Misalnya, Dzi bead mata satu, dipercaya  mampu mencerahkan hidup, memberi harapan dan umur panjang yang berbahagia. Menggunakan perhiasan dengan Dzi bead mata satu ini, dipercaya bisa membuat pemakainya menjadi lebih berani, kuat, percaya diri dan bisa mencapai impiannya dengan mudah.  Baca informasi tentang bead ini lebih lanjut.
Image: alibaba

Mungkin Anda berminat jalan-jalan sambil hunting perhiasan unik ini?


Baca juga:
Etika Wawancara Kerja

Senin, 17 Agustus 2015

Buruknya Kondisi Bandara Soekarno Hatta


Pelayanan buruk dan fasilitas bandara tidak memadai

Menjadi bandara internasional, harusnya fasilitas dan pelayanan di Bandara Soekarno Hatta memadai dan prima. Tapi sayangnya, keadaan sesungguhnya justru (bisa dibilang) sebaliknya. Ketidaknyamanan bandara ini akan semakin terasa jika kita akan berpergian ke luar negeri. Karena secara otomatis, kita akan membandingkan bandara kita dengan bandara di negara tujuan.
 
Berikut kondisi yang sering dijumpai di Soetta
  • Tidak ada tempat duduk.
    Ini salah satu hal paling umum di Soetta. Beberapa kali pengalaman pribadi saya, saya berangkat mengambil penerbangan awal, jadi, biasanya subuh hari saya sudah ada di bandara. Kala itu sudah banyak penumpang yang menunggu. Walaupun masih terbilang sepi, tapi banyak calon penumpang yang berdiri, duduk di lantai atau di atas koper mereka, karena bangku yang ada di ruang tunggu, dipakai tidur oleh penumpang lain. Sayangnya, tidak ada petugas yang mengatur hal ini, semuanya dibiarkan begitu saja.
  • Loket dan pintu masuk lambat dibuka.
    Padahal, penumpang seharusnya sudah check in. Percuma saja datang lebih awal. ‘Jam karet’ seperti ini seringkali membuat malu ketika kita mendengar celetukan dari turis asing. Ruang tunggu yang panas juga rasanya tidak pas untuk bandara sekelas ini. Mungkin karena jumlah pengunjung (baik penumpang maupun penjemput) yang sudah melebihi kapasitas bandara. Semrawut, ditambah dengan banyak anak-anak yang dibiarkan memainkan trolley.
  • Lambatnya koper sampai.
    Tidak usah jauh-jauh, di Malaysia saja contohnya. Di bandara sana, ketika penumpang sampai ke area pengambilan koper, entah bagaimana caranya koper-koper itu sudah sampai duluan. Sedangkan di bandara Soetta, kita mesti menunggu setidaknya setengah jam, barulah koper kita sampai.
  • Toilet super jorok.
    Hmmm, ini yang lebih umum yang terjadi di bandara ini. Entah karena memang pengunjungnya terlalu ramai, jumlah petugas toilet yang terlalu sedikit atau memang masyarakat Indonesia yang kurang peduli dengan kebersihan. Coba perhatikan, bisa dipastikan hampir di setiap bilik, ada tisu berserakan di lantai, becek dan bekas sepatu di atas toilet jongkok. Hal ini seperti ‘lingkaran setan’, karena jika sudah satu orang saja mengotori dudukan toilet seperti ini, dijamin, setiap pengguna berikutnya bakal melakukan hal yang sama, karena merasa jijik. Belum lagi baunya, minta ampun!
  • Isi koper hilang.
    Ini juga sering terjadi. Apakah tidak ada pengawasan dari mereka yang berwenang, ya?
Dari semua poin di atas, saya punya cerita lain yang tak kalah ‘lucu’. Pernah suatu waktu sebelum saya berangkat, sembari mengantuk menunggu jam keberangkatan, saya menemukan seekor kucing di ruang tunggu bagian dalam. Lucu juga, bisa ada kucing masuk sampai ke situ. Lumayanlah, saya jadi punya teman untuk makan donut..

Semoga fasilitas di bandara ini segera dibenahi.

Image: dok pribadi, twicsy, kupalima







Jumat, 14 Agustus 2015

Tips Supaya Isi Koper Aman


Amankan barang bawaan Anda dari pencuri.

Maling, rampok, pencuri, atau apalah sebutannya, yang pasti, mereka ada di mana-mana. Apa pun bentuk barangnya, bernilai sedikit saja, pasti akan jadi sasaran. Sedetik saja kita lengah, tahu-tahu barang sudah hilang. Jangankan motor di dalam pekarangan rumah yang jelas-jelas terlihat, atau perhiasan yang melekat di badan Anda, barang di dalam koper pun bisa diambilnya.

Pada artikel sebelumnya, saya pernah menceritakan pengalaman saya kehilangan isi koper. Saya lalu mencari cara bagaimana, sih, supaya isi koper saya akan tetap aman?

Pertama, waktu itu saya menggunakan canvas bag. Saya pikir, mungkin karena bahannya lembut (dan kebetulan low quality) jadi mudah dibongkar. Tapi setelah mengobrol dengan teman yang juga pernah kehilangan isi koper, dia menggunakan koper biasa yang bagus (hard case). Berarti, pencurian bisa terjadi dengan bentuk koper apa pun.

Ke dua. Kalau Anda tidak mau repot, wrap saja koper dan tas Anda yang akan dimasukkan ke dalam bagasi. Di bandara, mesin wrap ini tersedia. Saya lupa berapa persisnya biaya wrapping ini, yang pasti, sekitar beberapa puluh ribu. Belum pernah tahu yang seperti apa hasilnya? Itu, loh, yang dililit-lilit plastil hingga seperti kepompong.

Minggu, 09 Agustus 2015

Soal Etika Wawancara Kerja


Mari hargai orang yang kita wawancarai.

Bicara soal wawancara kerja, pastilah yang ada di pikiran kita, adalah orang yang butuh uang. Ya, memang tidak salah. Tapi sayangnya, hal ini kadang menjadikan mereka, para pewawancara, menjadi angkuh dan seakan-akan, 'butuh tidak butuh'. Lupakah, dulu, Anda juga berada di posisi yang sama dengan para pencari kerja ini?

Berikut beberapa hal yang ingin saya utarakan mengenai etika berwawancara.
  1. Ketika ada orang mengirimkan lamaran melalui email misalnya, setelah itu biasanya para pencari kerja akan mengabari soal kehadirannya. Katakanlah, ketika Anda panggil mereka untuk ke kantor Anda, ternyata mereka sudah diterima bekerja di tempat lain atau kebetulan sedang berhalangan.
    Apa yang bakal Anda lakukan? Biasanya? Diamkan saja, atau malah mem-black list orang tersebut. Padahal, apa susahnya membalas email untuk sekadar berterimakasih? Toh, mereka juga awalnya berantusias untuk bergabung dengan Anda. Hitung-hitung Anda dapat informasi, barangkali besok-besok Anda butuh jasa orang tersebut. Atau, bisa dijadikan teman, kan?
  2. Ketika si pencari kerja sampai ke kantor Anda. Terbayangkah Anda untuk sekadar menawari mereka secangkir air putih? Tidak semua orang datang ke kantor Anda dengan mobil yang dingin, bisa jadi mereka sedang kepanasan dan haus. Mungkin saja mereka tidak sempat lagi kalau santai-santai cari air minum dulu.
  3. Haruskah para pencari kerja mengisi kembali setumpuk kertas data diri mereka? Padahal, mereka sudah datang dengan cv lengkap seperti yang sudah Anda minta. Atau, kenapa tidak memberikan form dengan format khusus dan kirimkan pada mereka sebelum mereka datang.
    Tidak sedikit dari mereka yang datang dengan print-an portofolio (dsb), dan jangan lupa, itu semua dicetak pakai uang (dan uangnya mereka dapat dengan bekerja, bukan dicetak sendiri!).
  4. Jangan bertele-tele.
    Selektif itu harus, apalai ketika mencari anggota tim yang baik. Tapi, haruskah membiarkan mereka harus datang sampai berkali-kali? Apa salahnya berkoordinasi dengan para pewawancara lainnya, supaya mereka bisa ditemui di hari yang sama? Bukankah dengan begini, Anda juga akan menghemat waktu dan tenaga?
    Lagi, para pencari kerja itu datang ke kantor Anda dengan mengeluarkan ongkos.
  5. Mengumbar janji.
    Biasanya, ketika pertama kali datang, perusahaan bakal menjajikan banyak hal pada si pencari kerja. Gaji besar, fasilitas lengkap, ini dan itu. Selain itu, si Boss biasanya juga akan menceritakan hal-hal baik tentang perusahaannya untuk memberi kesan 'wow'. Coba ketika si pencari kerja disuruh datang lagi, seringkali semua janji yang disebut di awal pertemuan, berubah drastis.
Para pewawancara, ingatlah, tidak semua orang sebegitunya membutuhkan pekerjaan atau penghasilan dari perusahaan Anda. Bisa jadi, mereka cuma mencari uang sampingan, bisa jadi, justru perusahaan Andalah yang akan terbantu dengan kepintaran mereka.


image: psikologi-untar